Total Tayangan Halaman

Senin, 13 Desember 2010

Kontroversi Ketuhanan Isa Dalam Matius Pasal 27 Ayat 45-­46

Soal 33
Kontroversi Ketuhanan Isa Dalam Matius Pasal 27 Ayat 45-­46
Dalam Injil Matius pasal 27 ayat 45-46 ada teks yang berbunyi: Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira­kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah­Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Teks ini jelas sekali menunjukkan kekontradiksian Injil karena dua sebab: Pertama, pengakuan mereka sendiri bahwa Isa as. mengatakan: Allah-ku atau Tuhan­ku, dan bukan mengatakan: Bapa-ku. Kedua, bagaimana bisa ia diturunkan untuk disalib demi menghapus dosa-dosa manusia -sebagaimana sangkaan mereka- sementara ia berteriak dengan suara yang tinggi mengatakan: mengapa Engkau meninggalkan Aku?, sebagai sanggahan terhadap (status ketuhanannya) dan teks itu telah menjadikan bahwa ia mendapat tugas yang diturunkan?! Apakah ada komentar atau tambahan lain -dari Yang Terhormat- atas teks yang terdapat dalam Injil ini?
Jawab:
Teks ini, dan teks-teks lainnya yang terdapat dalam Taurat, Injil dan al-Our`an banyak sekali secara jelas menunjukkan pengakuan Isa as. bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Allah swt. dan Dia-lah Tuhannya dan Tuhan sekalian manusia, seperti ucapannya dalam surah al-Maidah: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku; yaitu:
“Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.”138 Dan ucapannya dalam surah Ali Imran: “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.”139 Dan pada surah Maryam: “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu .. “140 serta pada surah az-Zukhruf: “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu . . .”.141 Sebagaimana ia (Isa as.) memberitahukan, bahwa dirinya adalah utusan Allah swt. Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika `Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu.”142 Dan dalil-dalil lain yang serupa dengannya.
Dan yang demikian itu dapat diterima dari dalil-dalil akal, naql dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebelum Isa as. yang berisikan pensucian Allah dari istri, anak, ri­val dan perbandingan dari satu makhluk apapun, serta menolak ucapan orang-orang Nasrani mengenai Isa as.
Sesungguhnya para ulama umat ini telah banyak membantah dan menjelaskan kelemahan akal mereka; di mana mereka menyangka, bahwa Allah swt. telah menjelma pada Isa dan muncul kepada orang-orang dalam bentuk seorang manusia yang butuh makan, minum dan buang hajat, atau berkeyakinan, bahwa Isa adalah anak Allah swt., kendati demikian Dia telah menelantarkan dan membiarkannya ditangkap oleh musuh-musuhnya sehingga mereka memukulinya dan meletakkan duri di atas kepalanya, lalu membunuhnya kemudian menyalibnya. Sementara sang Bapa, Tuhan yang berkuasa mengatur urusan alam ini hanya membiarkannya, padahal ia adalah anak-Nya. Maha Suci Allah dari semua itu.143
Soal 34
Kerasulan Isa Dalam Injil
Di dalam Injil ada teks-teks yang menyatakan bahwa Isa as. adalah hamba Allah dan rasul-Nya, bukan sebagaimana klaim orang-orang Nasrani yang mengatakan, bahwa dia adalah anak Allah. Sebagai contoh pasal 21 ayat li dari Injil Matius, di mana teksnya mengatakan: Dan orang banyak itu menyahut: “Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea”. Pasal 8 ayat 40 dari Injil Yohanes, teksnya berbunyi: Tetapi yang kamu kerjakan sekarang ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah. Dan Injil Yohanes pasal 17 ayat 3, di mana teksnya mengatakan: Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Apakah ini merupakan hujjah atas orang-orang Nasrani agar mereka beriman dan berkeyakinan, bahwa Isa as. adalah hamba Allah dan rasul-Nya sebagaimana yang telah dilukiskan oleh al-Qur’ an? Apa pengarahan anda -semoga Allah mengangkat derajat anda­kepada orang-orang Nasrani yang bersikap ekstrim pada Isa, padahal dengan demikian mereka menyalahi kitab mereka sendiri. yaitu Injil, dan menyalahi al-Qur’ an, akal dan fitrah manusia?
Jawab:
Benar, teks-teks ini jelas menunjukkan, bahwa Isa as. adaiah seorang hamba dari makhluk-makhluk yang telah diciptakan Allah sebagaimana kehendak-Nya. Dan Allah swt. telah menyerupakannya (Isa) dengan Adam dalam firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah’ (seorang manusia), maka jadilah dia”.144 Tidak diraguan lagi bahwa Isa As hanya menyerukan penyembahan kepada Tuhannya, bukan penyembahan kepada dirinya. Dan ia telah memberitahukan kepada Bani Israel, bahwa ia adalah seorang utusan dari Tuhan, dan ia telah memerintahkan mereka untuk menyembah Allah sebagai Tuhan semua orang. Namun, orang-orang Nasrani yang menyaksikan mukjizat-mukjizatnya telah bersikap ekstrim padanya dengan mengatakan: “Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putera Maryam.” 145 Atau dengan mengatakan: “al-Masih itu putera Allah “. Demikianlah ucapan mereka dengan mulut mereka”.146
Hanya saja, mereka menjadi bersikap demikian karena termotivasi melihat mukjizat-mukjizat, ayat-ayat dan bukti-bukti pendukung yang telah Allah berikan kepada al-Masih, padahal semua itu terjadi baginya dengan seizin Allah untuk membuktikan kebenarannya, sebagaimana Allah swt, telah menguatkan Musa As dengan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan, bahwa ia adalah seorang utusan dari Tuhannya. Oleh karena itu mereka harus menerima risalahnya dan membenarkan seruannya kepada pengesaan Allah serta larangannya dari perbuatan syirik dan kekafiran.
Adapun orang-orang Yahudi -semoga Allah melaknat mereka, maka mereka telah menuduh ibunya dengan fitnah yang besar, sebagaimana firman Allah swt. yang artinya: “Dan karena kekafiran mereka (terhadap `Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina).”147 dan mereka telah menuduhnya sebagai anak zina, kemudian mereka mengejarnya dan bermaksud membunuhnya. Namun mereka keliru dan menangkap orang lain yang diserupakan Allah swt. dengannya, lalu mereka membunuh orang tersebut dan menyangka, bahwa mereka telah membunuh Isa. Maka Allah swt. membantah sangkaan mereka itu dengan firman-Nya yang artinya: “Mereka tidak (pula) yakin, bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa. Tetapi (yangsebenarnya), Allah telah mengangkat `Isa kepada-Nya. “148
Dengan demikian batallah pendapat kedua kelompok tersebut dan tinggallah pendapat yang benar, bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya sarta kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan roh dari-Nya. wallahu a`lam.
Soal 35
Mana yang lebih baik, kita katakan Isa ‘Alaihissalam, ataukah Isa Shallallahu’alaihi wa sallam?
Jawab:
Biasanya untuk para nabi-nabi terdahulu diucapkan kata ‘Alaihissalam atau ‘Alaihimussalam, sementara untuk nabi kita Muhammad khusus dipakai lafadz Shallallahu `alaihi wa sallam karena firman Allah swt. yang artinya: “Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”149 Kendati demikian, boleh juga diucapkan pada setiap nabi lafadz: Shallallahu `alaihi wa sallam atau `Alaihimu as-shalaatu wa as-salaam, karena shalawat dari Allah swt. berarti pujian-Nya terhadap hamba-Nya di alam yang tertinggi, dan itu mencakup seluruh nabi-nabi. Terkadang yang demikian itu boleh juga diucapkan pada hak selain Nabi-nabi, yaitu hamba-hamba Allah yang saleh. Hanya saja biasanya yang demikian itu tidak digunakan. Bahkan yang dipakai hanya terbatas doa tarahhum dan taraddha.150 Dalil kebolehannya adalah firman Allah swt. yang artinya: “Dialah yang memberi rahmat kepada kamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kamu)”.151 Karena shalawat dari Malaikat artinya adalah istighfar (permohonan ampun) dan shalawat dari manusia artinya adalah doa. wallahu a`lam152
Soal 36
Apakah keuta­maan Muhammad saw. di atas Isa dan seluruh Nabi­ nabi yang mulia dalam segala hal? Dan bagaimana adanya keutamaan itu?
Jawab
Tidak diragukan lagi, bahwa Allah swt. telah melebihkan keutamaan para nabi-nabi di atas makhluk-makhluk-Nya yang lain. Kemudian Allah swt. melebihkan keutamaan sebagian mereka sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain.”153 Dan firman­Nya yang artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” 154
Dan nabi-nabi yang paling utama adalah lima nabi ulul azmi yang disebutkan dalam firman Allah swt. yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, lbrahim, Musa dan Isa putera Maryam.”155 Dalam ayat ini Allah swt. memulainya dengan Muhammad saw. Dan nabi yang paling utama di antara nabi-nabi ulul azmi itu adalah Muhammad dan Ibrahim, sementara yang paling utama di antara keduanya adalah Muhammad saw. Sesungguhnya Allah swt. telah meiebihkan keutamaan Muhammad saw. di atas nabi-nabi yang lainnya dengan sebab keistimewaan yang hanya Allah berikan kepada beliau, sebagaimana sabdanya: “Aku telah diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorar.gpun nabi sebelumku” . . . “dan adalah nabi diutus kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.”156 Maka keutamaan itu terletak pada keistimewaan-keistimewaan Rasulullah, terutama kedekatannya di sisi Tuhan, syafa’ at untuk ummatnya diterima Allah di hari kiamat, dan pada maqam terpuji yang dijanjikan untuk Rasulullah saw.
Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kalian lebihkan aku atas Musa”, maka beliau mengatakan ini dari sisi ketawadhuan (kerendahan hati) dan dari sisi pengakuan akan keutamaan Musa, karena mukjizat-mukjizatyang telah diberikan Allah swt. kepadanya.
Tidak diragukan lagi, bahwa Allah swt. telah memberinya keistimewaan dengan berbicara langsung kepada Allah swt. sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”157 Selain itu, Nabi kita Muhammad saw. juga mendapatkan seluruh keistimewaan para nabi-nabi, seperti mukjizat-mukjizat mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab sirah. wallahu a’lam.158
Soal 37
Apa Hukumnya Melukis Gambar Isa dan Ibunya (Maryam)
Sebagian orang-orang Nasrani menggantungkan lukisan-lukisan, karena menyangka, bahwa lukisan-lukisan tersebut adalah gambar Isa as. atau gambar Maryam putri Imran ketika menggendong puteranya, Isa as. Pertanyaannya, apakah boleh melukis gambar Isa as. dan ibunya? Apa yang wajib dilakukan oleh orang yang menemukan gambar­gambar lukisan tersebut?
Jawab:
Semua lukisan-lukisan ini hanyalah khayalan dan tidak boleh diakui. Karena Maryam telah meninggal ratusan tahun sebelum hijrah, sementara puteranya, Isa as. telah diangkat ke langit lebih dari 600 tahun sebelum Nabi saw. diutus. Di samping itu tak ada lagi orang yang mengingat bentuknya, atau pernah melihatnya, atau pernah mengenal Maryam, sementara gambar lukisan yang terkenal itu belum ada pada waktu itu. Maka lukisan-lukisan ini adalah kebohongan yang tidak ada faktanya. Adapun hikayat-hikayat yang diceritakan, bahwa kaum ahli kitab memiliki gambar semua nabi­ nabi, bahkan gambar nabi kita Muhammad saw. sebelum dilahirkan, maka semua itu tidak ada faktanya dan sedikitpun tidak ada kebenarannya. Sekiranya hal itu benar adanya, niscaya ditemukan oleh kaum muslimin setelah menaklukkan negeri-negeri Syam dan lainnya. Maka berdasarkan ini, kapan saja ditemukan gambar­ gambar tersebut, wajiblah memusnahkannya jika mampu. Karena lukisan gambarnya dapat menjadi penyebab untuk menyembahnya, sebagaimana yang pernah terjadi pada kaum Nuh dan orang- orang sesudahnya ketika mereka melukis gambar orang-orang shalih yang pada akhirnya mereka jadikan sesembahan selain Allah swt. setelah waktu berlalu sekian lama. wallahu a`lam
Soal 38
Apakah ada keterangan yang kuat tentang bentuk rupa dan sifat Isa ‘Alaihi as-salaam?
Jawab:
Dalam menafsirkan firman Allah swt. yang artinya: Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (`Isa)159 Imam Ahmad dan Ibn Jarir meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. tentang bentuk sifat Isa as. Beliau bersabda: “Sesungguhnya dia adalah seorang laki-laki yang berperawakan sedang, berkulit merah agak ke putih, berambut lurus, kepalanya seolah-olah meneteskan air sekalipun tidak basah. “160 Tersebut dalam hadits panjang yang diriwayatkan oleh an-Nuwaas Ibn Sam’ an tentang kisah Dajjal dan turunnya Isa di sisi menara putih sebelah timur kota Damaskus di antara dua potong kain yang berwarna kuning sambil meletakkan telapak tangannya di atas sayap dua orang Malaikat. Jika ia menundukkan kepalanya, meneteslah air, dan jika ia mengangkatnya, mengalirlah dari ujungnya air seperti permata. Maka tidak mungkin bagi seorang kafir yang mencium bau nafasnya kecuali ia mati, sementara nafasnya berakhir di mana berakhir batas pandangan matanya.161
Dalam hadits Israa` yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah secara marfu`, Rasulullah saw. telah bersabda: “Aku telah bertemu Isa yang berperawakan sedang berkulit merah, seolah-olah dia baru keluar dari kamar mandi.”162 Dan dari Ibn Umar, kata beliau: “Telah bersabda Rasulullah saw., `Aku telah melihat Isa, Musa dan Ibrahim. Adapun Isa, maka ia berkulit merah berambut keriting berdada bidang , , …163 pari Naafi` ibn Abdullah, Rasulullah saw. bersabda: “Tadi malam aku bermimpi sedang berada di Ka`bah. Tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki berkulit sawo matang, terlihat sebagai laki-laki berkulit sawo matang yang paling bagus, terjurai rambutnya di antara dua bahunya, berambut ikal, dari kepalanya menetes air, kedua tangannya ia letakkan di bahu dua orang laki-laki sambil thawaf mengelilingi Ka`bah. Lalu aku bertanya: Siapa orang ini?. Maka mereka berkata: al-Masih Ibn Maryam.164 Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan Bukhari. Dan Lafadznya: “Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi thawaf di Ka`bah. Tiba-tiba aku bertemu seorang laki-laki berkulit sawo matang, berambut lurus, berjalan di antara dua orang laki-laki, dari kepalanya menetes air”.165 Dalam hadits Israa` yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas secara marfu’, Rasulullah saw. bersabda: “Aku telah melihat Isa `Alaihi as­salaam. Ia berkulit putih, berambut keriting, bermata tajam dan berperawakan besar.166 Dalam riwayat Baihaqi: “Berperawakan sedang, berkulit merah agak ke putih, berambut lurus.167 Dan dalam hadits panjang yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan disebutkan oleh Ibn Jarir dalam kitab Tafsir-nya pada awal surah al-Israa`: “Kemudian Nabi saw. masuk. Tiba-tiba beliau melihat dua orang pemuda. Lantas beliau bertanya: Ya Jibril, siapa kedua orang pemuda ini?. Jibril berkata: Ini adalah Isa putera Maryam dan Yahya ibn Zakariya yang bersaudara sepupu.”168
Dalam kitab Shahih Muslim, dari Abu Hurairah ra., kata beliau: “Rasulullah saw, bersabda, `Sesungguhnya aku telah melihat diriku berada di hajar aswad, sementara orang-orang Quraisy menanyaiku tentang perjalanan israa’ku. Lantas mereka menanyaiku tentang keadaan Baitul Maqdis yang tidak aku ingat persis. Maka akupun merasa kesusahan yang tidak pernah aku rasakan seperti itu. Lalu Allah memperlihatkannya kepadaku sehingga aku dapat melihatnya. Tidaklah mereka menanyaiku tentang sesuatupun kecuali aku dapat memberitahukannya kepada mereka. Dan sesungguhnya aku telah melihat diriku berada dalam sekelompok para nabi. Tiba-tiba aku melihat Musa sedang berdiri melakukan shalat. Ternyata dia adalah seorang laki-laki yang sangat keriting, seolah-olah dia termasuk laki-laki pemarah. Tiba-tiba aku melihat Isa putera Maryam sedang berdiri shalat; orang yang pal­ing mirip dengannya adalah Urwah ibn Mas’ ud as Tsaqafi.169 Diriwayatkan oleh at Thabrani dari Ummu Haani’ dalam hadits Israa’ : “Dan aku melihat Isa putera Maryam berperawakan sedang, berkulit putih agak merah, mirip dengan Urwah ibn Mas’ ud as­Tsaqafi”.170 Dari semua riwayat-riwayat ini dapatlah diketahui sifat­ sifat Isa as. sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi kita Muhammad saw.171
—————————–
138. QS. al-Maaidah : 117.
139. QS. Ali Imran : 51.
140. QS. Maryam : 36.
141. QS. az-Zukhruf : 64.
142. QS. as-Shaff : 6.
143. Berkata Ibn al-Qayyim dalam bukunya “Hidayatu al Hayaara fi Ajwibati al Yahuud wa an-Nashara” hal. 212 ketika mengkomentari teks yang tersebut dalam Injil Matius pasa127 ayat 45-46 ini: “Bagaimana hal ini bisa digabungkan dengan ucapan kalian yang mengatakan, bahwa dia sendirilah yang menyerahkan dlrinya kepada orang­orang Yahudi agar mereka menyalib dan membunuhnya, sebagai bukti kasih sayang darinya terhadap hamba-hambanya sehingga dia menebus mereka dari dosa-dosa dengan dirinya sendiri, serta mengeluarkan Adam, Nuh, ibrahim, Musa dan seluruh nabi-nabi dari neraka Jahannam dengan tipu muslihat yang telah dia atur untuk Iblis?!. Bagaimana bisa Tuhan sekalian afam merasa cemas karena hal itu?! Dan bagaimana dia bisa meminta keselamatan dari hal itu, padahal dia sendirilah yang telah memilih dan merelakannya?!. Bagaimana bisa dia berteriak sekuat-kuatnya, dan berkata : Tuhanku, mengapa engkau membiarkan aku?! padahal dia sendirilah yang memilih untuk dirinya?! Bagaimana bisa Bapa-nya tidak menyelamatkannya, padahal Dia mampu untuk menyelamatkannya, dan menurunkan petaka terhadap salib dan para pembuanya?! ataukah karena Tuhannya lemah, tidak mampu melawan terhadap orang-orang Yahudi itu?!”
Berkata Rahmatullah al Hind dalam bukunya “Izhaaru al Haqq” (3/741) ketika memberikan komentar terhadap teks yang tersebut dalam Injil Matius pasa127 ayat 45 (berserulah Yesus dengan suara nyaring: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?): “Ucapan yang muncul darinya di akhir nafas hidupnya ini secara tegas menyangkal ketuhanannya (al-Masih), terutama atas pendapat orang­orang yang mengatakan inkarnasi atau reinkamasi. Karena jika sekiranya dia adalah Tuhan, niscaya dia tidak meminta tolong kepada Tuhan yang lain dengan mengatakan: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?, dan pasti dia tidak mengatakan: “Ya Bapa, ke datam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Lukas 23 : 46), serta pasti dia tidak lemah dan mati atas kelemahan.
144. QS. Ali Imran : 59.
145. QS. al-Maaidah : 17.
146. QS. at Taubah : 30.
147. QS. an-Nisaa` : 156
148. QS. an-Nisaa` : 157-158.
149. QS. al-Ahzab : 56
150. Seperti kata Rahimahullah dan Radhiallahu `anhu.
151. QS. al-Ahzab: 43.
152. Berkata Ibn al-Qayyim dalam bukunya: lalaa’ al-Ifhaam fi as-Shalaati wa as-Salaami `ala Khoiri al-Anaam’, bab VI halaman 254 : `Adapun seluruh para nabi dan rasul, maka boleh diucapkan shalawat dan salam atas mereka. Allah swt. berfirman tentang Nuh: “Dan Kami abadikan untukNuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian; Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. as-Shaaffaat : 78-80) dan berfirman tentang Ibrahim: “Dan Kami abadikon untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian; (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan ataslbrahim”. (QS. as-Shaaffaat: 108-109) serta berfirman tentang Musa dan Harun: “Dan Kami obadikan untuk keduanya (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian; (yaitu): “Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun”.(QS. as-Shaaffaat: 119-120) dan berfirman: “Kesejahteraan dilimpahkan atas llyas”(QS. as-Shaaffaat: 130). Maka yang Allah tinggalkan (abadikan) untuk para rasul-Nya di kalangan orang-orang yang datang kemudian adalah salam yang diucapkan atas mereka. Sekelompok mufassir, termasuk Mujahid, Qatadah dan lainnya, berpendapat, bahwa makna: Dan Kami abadikan untuknya (pujian yang baik) di kalangon orong-orang yang datang kemudian adalah pujian dan sebutan yang baik untuk seluruh nabi-nabi. Sebenarnya tidak tepat jika pendapat-pendapat ini dihikayatkan sebagai dua pendapat mufassir, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang memberikan perhatian kepada hikayat pendapat, bahkan keduanya adalah satu pendapat. Siapa yang menafsirkan yang ditinggalkan (yang diabadikan) itu adalah ucapan salam itu sendiri, maka tidak diragukan lagi bahwa firman Allah swt.: Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh . . . merupakan jumlah kalimat yang menempati objek dari kalimat: Dan Kami abadikan, dan maknanya: seluruh alam mengucap salam atas Nuh dan para nabi-nabi sesudahnya. Dan siapa yang menafsirkan yang diabadikan itu dengan pujian dan sebutan yang baik, berarti ia memandang kepada konsesi salam, yaitu pujian dan sebutan baik yang diberikan untuk mereka sehingga apabila nama mereka disebutkan, diucapkanlah salam atas mereka. Banyak ulama yang menyatakan ada ijma’ bahwa shalawat atas seluruh nabi adalah hal yang masyru`, di antara mereka termasuk Syekh Muhyiddin an­Nawawi dan lainnya. Dari Imam Malik ada dihikayatkan riwayat yang mengatakan tidak boleh bershalawat kepada orang selain Nabi kita Muhammad saw. Akan tetapi para sahabatnya mengatakan, bahwa riwayat tersebut ditakwilkan dengan makna, bahwa kita boleh beribadah dengan mengucap shalawat atas nabi-nabi yang selainnya, sebagaimana kita beribadah kepada Allah dengan mengucap shalawat atasnya.
153. QS. al-Baqarah:253
154. QS. Al-Israa’: 55
155. QS. al-Ahzaab : 7.
156. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab: as-Shalaat, Bab: Qaulu an-Nabi shallallahu `alaihi wa sallam; Ju`ilats ti al-ardhu masjidan wa thahuuran, hadits no. 438, dari Jabir ibn Abdullah ra. Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab: al Masaajid, Bab: Ju`ilats li al-ardhu masjidan wa thahuuran, hadits no. 3, dari Jabir ibn Abdullah ra. Diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab al-Musnad III/304 dari Jabir ibn Abdullah ra. Diriwayatkan oleh an-Nasaa`i dalam kitab: al-Ghusl, bab: at Tayammum bi as­sha`iid, hadits no. 432, dari Jabir ibn Abdullah ra. Dan diriwayatkan oleh ad-Daarimi dalam Kitab: as-Shalaat, Bab: al-Ardhu kulluhu thahuurun maa khalaa al maqbarah wa al hammaam, hadits no. 1361, dari Jabir ibn Abdullah ra.
157. QS. an-Nisaa’: 164.
158. Berkata komentator kitab Aqidoh at-Thahawiyah, al Qadhi Ali ibn Ali ibn Muhammad Abi al-Aziz a-Dimasyqi, pada hal 159, tentang kebolehan mengutamakan sebagian nabi atas sebagian lainnya kecuali berdasarkan sikap fanatik buta: “Sesungguhnya pengutamaan itu, jika berdasarkan sikap fanatik dan hawa nafsu, adalah tercela. Bahkan jihad sendiri -apabila seseorang berperang karena fanatik buta- adalah tercela, makanya Allah mengharamkan sikap membanggakan diri. Allah swt. telah berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang IoinJ” dan berfirman “”Rasul-rasul itu Kami lebihkon sebogian (dari) mereko atas sebagian yang lain”. Maka diketahui bahwa yang tercefa hanyalah pengutamaan dengan cara membanggakan diri, atau dengan cara mengurangi kelebihan yang lain. Berdasarkan ini jugalah muatan makna hadits beliau: “Jonganloh kolion melebih­lebihkan di antara para nabi”, jika hadits ini kuat. Karena sekalipun hadits ini semakna dengan hadits tentang Musa, yang terdapat dalam kitab Bukhari dan lainnya, akan tetapi sebagian orang mengatakan bahwa di dalamnya terdapat cacat. Berbeda dengan hadits tentang Musa, maka hadits tersebut shahih, tak ada cacatnya menurut kesepakatan mereka. Namun sebagian mereka memberikan jawabari lain, yaitu: bahwa hadits “Jangonlah kalian lebih-lebihkan aku atas Musa” dan hadits “Janganlah kalian melebih-lebihkan di antara para nabi” adalah larangan melebihkan secara khusus, maksudnya para rasul sendiri tidak saling melebihkan. Berbeda dengan hadits beliau: “Aku adalah penghulu anakAdam, nomun tidak bangga”, maka hadits ini melebihkan secara umum.
159. QS. an-Nisaa’: 159.
160. Hadits ini diriwayatkan juga oleh at-Thabari dalam kitab Tafsir-nya dengan no. 10835, surah an-Nisaa` (4/361). Diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab al-Musnad (2/406, 437) dari Abu Hurairah ra. Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan no. 4324, kitab: al-Malaahim, bab: Khuruuj ad-Dajjaal dari Abu Hurairah ra. Dan juga diriwayatkan oleh Muslim dengan no. 165/267, kitab: al-Iman, bab: al Israa` bi Rasuulillah saw. dari Ibn Abbas ra.
161. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslirn dengan no. 2137, kitab: al Fitan wa Asyraatu as­Saa`ah, bab: Zikru ad-Dajjaal wa Shifatihi wa maa Ma`ahu, dari an-Nuwaas ibn Sam`aan ra. Dan diriwayatkan oleh Ibn Majah dengan no. 4075, kitab: olFitan, bab: Fitnatu ad-Dajjaal wa Khuruuju lsa ibn Maryam wa Ya’juuj wa Ma’juuj.
162. Diriwayatkan oleh Bukhari dengan no. 3437, kitab: Ahaadist al-Anbiyaa’, bab: Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya . . . (QS. Maryam: 16) dari Abu Hurairah ra. Dan diriwayatkan oleh Muslim dengan no. 168, kitab: al-Imaan, bab: ol-Israo` bi Rasulillahi saw. dari Abu Hurairah ra.
163. Diriwayatkan oleh Bukhari dengan no. 3438, kitab: Ahaadist al-Anbiyaa’, bab: Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya . . . (QS. Maryam: 16) dari Ibn Abbas ra.
164. Diriwayatkan oleh Bukhari dengan no. 3440, kitab: Ahaadist al-Anbiyaa’, bab: Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya . . . (QS. Maryam: 16) dari Naafi` dari Abdullah ra. Dan diriwayatkan oleh Muslim dengan no. 169, kitab: al-Imaan, bab: Zikru ol Masiih Ibn Maryam wa al Masiih ad-Dajjaal, dari Abdullah Ibn Umar ra.
165. Diriwayatkan oleh Bukhari dengan no. 3441, kitab: Ahaadist al-Anbiyaa’, bab: Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya . . . (QS. Maryam: 16) dari Salim, dari ayahnya. Dan diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab: al-Imaan, bab: Zikru al Masiih Ibn Maryam wa al Masiih ad­Dajjaal, dari Abdullah Ibn Umar ra.
166. Diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab al-Musnad 1/374 dari 1bn Abbas ra. Lihat kitab Tafsir Ibn Katsir, surah al-lsraa` 3/16.
167. Lihat kitab Tafsir Ibn Katsir, surah al-[sraa` 3/16.
168. Diriwayatkan oleh Ibn Jarir dalam kitab Tafsir-nya dengan no. 22021, surah al-lsraa’ (8/10).
169. Diriwayatkan oleh Muslim dengan no. 172, kitab: al-Imaan, bab: Zikru al Masiih Ibn Maryam wa al Masiih ad-Dajjaal, dari Abu Hurairah ra.
170. Lihat Tafsir Ibn Katsir, surah al-Israa` 3/22.
171. Berkata al-Haafizh Ibn Hajar -rahimahullah- dalam kitab Fath al-Baari (6/560) ketika memberikan komentar atas riwayat-riwayat yang menggambarkan sosok Isa as. ini: “Dalam riwayat Salim nantinya disebutkan sifat Isa as. “berambut lurus”, dan pada hadits yang sebelumnya disebutkan, bahwa beliau “berambut keriting”, padahal berambut lurus berlawanan dengan berambut keriting. Namun kedua riwayat ini dapat digabungkan dengan mengatakan, bahwa beliau berambut lurus, dan bersifat keriting ketika berada pada badannya, bukan rambutnya. Maksudnya ketika rambut itu berkumpul dan bergumpal. Perbedaan ini sebanding dengan perbedaan pada warna kulit beliau, apakah sawo matang ataukah merah. Kulit yang merah menurut orang Arab adalah kulit yang sangat putih agak bercampur merah, sedangkan sawo matang adalah hitam manis. Kedua sifat tersebut dapat digabungkan dengan mengatakan, bahwa beliau berkulit merah karena suatu sebab, misalnya capek, padahal aslinya beliau berkulit hitam manis. Abu Hurairah setuju, bahwa Isa as. berkulit merah. Lalu muncullah Ibn Umar mengingkari sesuatu yang telah dihafalkan oleh orang selainnya. Adapun pendapat ad-Daaudy, bahwa riwayat orang yang mengatakan “berkulit sawo matang” lebih kuat, maka saya tidak tahu darimana hal itu ia temukan, padahal Abu Hurairah dan Ibn Abbas sepakat menyalahi pendapat Ibn Umar. Sementara dalam riwayat Abdurrahman ibn Adam dari Abu Hurairah tentang sifat Isa disebutkan bahwa: “beliau berperawakan sedang berkulit merah agak ke putih”. Wallahu A’ lam”.
Berkata Imam an-Nawawi -rahimahullah- dalam kitab Syarh Shahih Muslim (1/510) tentang sifat-sifat Isa as pada riwayat ini, yaitu riwayat Abu Hurairah ra. bahwa beliau (Isa) berkulit merah, sementara pada riwayat Ibn Umar yang sesudahnya berkulit sawo matang, “sawo matang: hitam manis. Imam Bukhari ada meriwayatkan dari Ibn Umar ra bahwa ia mengingkari riwayat yang mengatakan Isa berkulit merah, dan ia telah bersumpah bahwa Nabi saw. tidak pernah mengatakan demikian. Artinya perawi riwayat tersebut telah keliru. Maka boleh menakwilkan warna merah atas sawo matang, dan maksudnya bukanlah sawo matang dan merah sebenamya, bahkan yang hampir mendekati keduanya. Wallahu A’ lam”.
dikutip dari:
buku “SOSOK ISA DALAM SOROTAN ULAMA”
KARYA SYAIKH ABDULLAH BIN ABDURRAHMAN AL JIBRIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar